Minggu, 11 November 2012

Tawuran Pelajar Sudah Menjadi Tradisi ?

        Tawuran adalah suatu perkelahian antar banyak orang yang berkelompok. Sehingga tawuran bisa dikatakan sebagai ujung dari perseteruan atau perkelahian antar satu orang. Tentu dengan sebab yang bermacam-macam. Dan sudah pasti akan mengakibatkan banyak kerusakan. Yang lebih mengenaskan, nyawa manusia terancam hilang akibat tawuran.
           Secara rasional seseorang akan menolak sebuah kerusakan yang dapat merugikan dirinya maupun orang lain. Bahkan akan menghindari serta menanggulangi adanya kerusakan yang ditimbulkan dari tawuran tersebut.

Tawuran Pelajar

         Nyawa pelajar melayang sia-sia, lagi dan lagi. Persis mengalami pengulangan yang sama. Aksi anarkis ala pelajar menambah catatan kelam di dunia pendidikan. Banyak jurus telah coba dilakukan, sebanyak itu pula aksi tawuran masih tetap eksis berlangsung. Entah karena jurusnya kurang jitu atau semua ini dianggap angin lalu. Pastinya, kita kembali dipaksa menghitung angka korban yang terus bertambah akibat tawuran pelajar.
        Sekolah seakan kehilangan wibawa. Pelajar adu jotos di jam efektif belajar, kita mau bilang apa. Kebetulan, di luar kendali, tak sengaja, atau kata apa yang bisa gambarkan lemahnya sistem kontrol sekolah. Sekolah, antara ada dan tiada.
         Menurut Jokowi, faktor lingkungan berperan penting atas terjadinya bentrokan di kalangan pelajar. Masalah ini harus segera diselesaikan. "Harus ada penyadaran total atau penyadaran kolektif. Tidak bisa hal yang sudah di depan mata seperti itu dibiarkan. Harus diselesaikan," katanya

          Pencegahan tawuran tidak bisa dilakukan dengan sekali tindak, sebab penyebab terjadinya perkelahian yang berujung dengan tawuran juga tidak dengan tiba-tiba. Membutuhkan kerjasama banyak pihak untuk mencegahnya. 

Berikut ini adalah cara mencegah dan menanggulangi tawuran:


Pendidikan dari Keluarga Sejak Dini

Keluarga merupakan lingkup lingkungan yang paling kecil. Hal-hal mendasar dari sikap baik atau buruknya seseorang berawal dari didikan lingkup keluarga. Oleh karena itu, pendidikan yang baik dari keluarga tentang kedisiplinan, tenggang rasa, dan saling menghormati sangat diperlukan. Terlebih dengan penanaman nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Jika sudah sejak kecil sudah terbiasa akan didikan yang baik dan benar, maka insya Allah ketika dewasa seorang anak tidak akan bertindak yang melanggar norma agama maupun norma kehidupan.


Tanamkan Pendidikan Agama dan Perilaku dari Sekolah

Setelah keluarga berperan mendidik dengan benar, maka lingkungan selanjutnya yang bertanggungjawab adalah pihak sekolah atau perguruan tinggi. Anak usia sekolah biasanya suka bereksperimen dalam bergaul, sehingga jika tidak didukung oleh didikan dari sekolah yang benar bisa saja terjadi eksperimen yang berbahaya dan membahayakan. Tawuran misalnya. Bergaul dan berkumpul dengan sesama remaja sekolah di pinggir jalan (biasanya dilakukan setelah pulang sekolah) bisa menyebabkan saling ejek antara siswa satu sekolah dengan siswa sekolah lain yang berujung pada tawuran antar sekolah.

Hal ini sangat biasa terjadi dalam lingkungan sekolah yang kurang menanamkan pendidikan agama dan pendidikan perilaku. Sebagian sekolah kurang memperhatikannya karena tuntutan kurikulum sekolah yang mengacu pada nilai akademik. Perubahan kurikulum sekolah dari Kemendiknas untuk memperbanyak pendidikan attitude sangat diperlukan, terutama pada tingkat Sekolah Dasar. Pihak sekolah juga seharusnya berinovasi semaksimal mungkin agar penanaman akhlak kepada siswanya bisa diterima dengan baik.


Memilih Teman Bergaul dalam Masyarakat

Lingkungan masyarakat ini yang paling luas cakupannya. Terkait dengan pergaulan seseorang. Tidak ada yang bisa memfilter pergaulan seseorang ketika sudah mengenal masyarakat luas. Istilahnya masyarakat itu merupakan alam bebas. Tak ada lagi istilah dituntun berjalan. Hanya pribadi masing-masing orang yang bisa mencegahnya. Hati-hati memilih kawan bergaul, harus selektif. Penanaman pendidikan perilaku mendasar sudah diberikan oleh keluarga dan sekolah. Memang antar semuanya saling terkait. Kita sebagai komponen masyarakat hendaknya selalu berusaha menasihati dan mengingatkan akan bahaya risiko akibat dari tawuran.

Jangan sekali-kali beranggapan bahwa tawuran itu hal yang biasa, sudah tak perlu lagi diwaspadai. Tawuran merupakan bahaya turunan, jika anak-anak kita sudah berani bertindak kekerasan secara jamaah maka bukan mustahil cucu kita nanti juga akan menuruni sifat orangtuanya.

Intinya, pendidikan agama dan attitude harus dilakukan kapanpun dan dimanapun oleh semua komponen luas baik itu keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat itu sendiri untuk mencegah terjadinya mencegah tawuran. Termasuk tanggungjawab kita, orang-orang yang masih berpikir logis bahwa tawuran itu hal yang tidak baik, berbahaya, dan merusak banyak fasilitas.

Sumber : berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar