Tawuran adalah suatu
perkelahian antar banyak orang yang berkelompok. Sehingga tawuran bisa
dikatakan sebagai ujung dari perseteruan atau perkelahian antar satu
orang. Tentu dengan sebab yang bermacam-macam. Dan sudah pasti akan
mengakibatkan banyak kerusakan. Yang lebih mengenaskan, nyawa manusia
terancam hilang akibat tawuran.
Secara rasional seseorang akan menolak
sebuah kerusakan yang dapat merugikan dirinya maupun orang lain. Bahkan
akan menghindari serta menanggulangi adanya kerusakan yang ditimbulkan
dari tawuran tersebut.Nyawa pelajar melayang sia-sia, lagi dan lagi. Persis mengalami pengulangan yang sama. Aksi anarkis ala pelajar menambah catatan kelam di dunia pendidikan. Banyak jurus telah coba dilakukan, sebanyak itu pula aksi tawuran masih tetap eksis berlangsung. Entah karena jurusnya kurang jitu atau semua ini dianggap angin lalu. Pastinya, kita kembali dipaksa menghitung angka korban yang terus bertambah akibat tawuran pelajar.
Sekolah seakan kehilangan wibawa. Pelajar adu jotos di jam efektif belajar, kita mau bilang apa. Kebetulan, di luar kendali, tak sengaja, atau kata apa yang bisa gambarkan lemahnya sistem kontrol sekolah. Sekolah, antara ada dan tiada.
Menurut Jokowi, faktor lingkungan berperan penting atas terjadinya bentrokan di kalangan pelajar. Masalah ini harus segera diselesaikan. "Harus ada penyadaran total atau penyadaran kolektif. Tidak bisa hal yang sudah di depan mata seperti itu dibiarkan. Harus diselesaikan," katanya
Pencegahan tawuran tidak bisa dilakukan dengan sekali tindak, sebab penyebab terjadinya perkelahian yang berujung dengan tawuran juga tidak dengan tiba-tiba. Membutuhkan kerjasama banyak pihak untuk mencegahnya.
Berikut ini adalah cara mencegah dan menanggulangi tawuran:
Pendidikan dari Keluarga Sejak Dini
Keluarga merupakan lingkup lingkungan
yang paling kecil. Hal-hal mendasar dari sikap baik atau buruknya
seseorang berawal dari didikan lingkup keluarga. Oleh karena itu,
pendidikan yang baik dari keluarga tentang kedisiplinan, tenggang rasa,
dan saling menghormati sangat diperlukan. Terlebih dengan penanaman
nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Jika sudah sejak kecil
sudah terbiasa akan didikan yang baik dan benar, maka insya Allah ketika
dewasa seorang anak tidak akan bertindak yang melanggar norma agama
maupun norma kehidupan.
Tanamkan Pendidikan Agama dan Perilaku dari Sekolah
Setelah keluarga berperan mendidik dengan
benar, maka lingkungan selanjutnya yang bertanggungjawab adalah pihak
sekolah atau perguruan tinggi. Anak usia sekolah biasanya suka
bereksperimen dalam bergaul, sehingga jika tidak didukung oleh didikan
dari sekolah yang benar bisa saja terjadi eksperimen yang berbahaya dan
membahayakan. Tawuran misalnya. Bergaul dan berkumpul dengan sesama
remaja sekolah di pinggir jalan (biasanya dilakukan setelah pulang
sekolah) bisa menyebabkan saling ejek antara siswa satu sekolah dengan
siswa sekolah lain yang berujung pada tawuran antar sekolah.
Hal ini sangat biasa terjadi dalam
lingkungan sekolah yang kurang menanamkan pendidikan agama dan
pendidikan perilaku. Sebagian sekolah kurang memperhatikannya karena
tuntutan kurikulum sekolah yang mengacu pada nilai akademik. Perubahan
kurikulum sekolah dari Kemendiknas untuk memperbanyak pendidikan attitude
sangat diperlukan, terutama pada tingkat Sekolah Dasar. Pihak sekolah
juga seharusnya berinovasi semaksimal mungkin agar penanaman akhlak
kepada siswanya bisa diterima dengan baik.
Memilih Teman Bergaul dalam Masyarakat
Lingkungan masyarakat ini yang paling
luas cakupannya. Terkait dengan pergaulan seseorang. Tidak ada yang bisa
memfilter pergaulan seseorang ketika sudah mengenal masyarakat luas.
Istilahnya masyarakat itu merupakan alam bebas. Tak ada lagi istilah dituntun
berjalan. Hanya pribadi masing-masing orang yang bisa
mencegahnya. Hati-hati memilih kawan bergaul, harus selektif. Penanaman
pendidikan perilaku mendasar sudah diberikan oleh keluarga dan sekolah.
Memang antar semuanya saling terkait. Kita sebagai komponen masyarakat
hendaknya selalu berusaha menasihati dan mengingatkan akan bahaya risiko
akibat dari tawuran.
Jangan sekali-kali beranggapan bahwa
tawuran itu hal yang biasa, sudah tak perlu lagi diwaspadai. Tawuran
merupakan bahaya turunan, jika anak-anak kita sudah berani bertindak
kekerasan secara jamaah maka bukan mustahil cucu kita nanti juga akan
menuruni sifat orangtuanya.
Intinya, pendidikan agama dan attitude
harus dilakukan kapanpun dan dimanapun oleh semua komponen luas baik
itu keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat itu sendiri untuk
mencegah terjadinya mencegah tawuran. Termasuk tanggungjawab kita,
orang-orang yang masih berpikir logis bahwa tawuran itu hal yang tidak
baik, berbahaya, dan merusak banyak fasilitas.
Sumber : berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar